salam special selalu!!

welcome to my blog, have a nice learning a small thing here

Selasa, Maret 31, 2009

terinspirasi geng siswa, jadilah bahan penelitian sederhana ini

Proposal Penelitan
MEMANFAATKAN EKSISTENSI GENG SISWA UNTUK MODEL PEMBELAJARAN ‘BUKAN EMPAT MATA’ DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN PAI
(SK: SMK PGRI 4 KOTA PASURUAN)

A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan geng siswa baik laki-laki atau perempuan tidak bisa dielakkan dalam kehidupan era globalisasi saat ini. Karena di usia-usia remaja ini, mereka membutuhkan suatu komunitas yang sesuai atau cocok dengan gaya dan pandangan hidup mereka. Dalam komunitas atau geng atau kelompok pertemanan ini, mereka bisa dengan leluasa menyalurkan bakat, minat, potensi yang mereka miliki, bahkan segala permasalahan hidup yang mereka alami disharingkan kepada teman-teman satu gengnya. Jadilah mereka seperti ‘saudara sekandung’, yang tidak hanya diikat oleh gaya hidup dan pandangan hidup khas mereka tapi juga ada ikatan perasaan emosional bahkan ikatan intelektual. Secara otomatis, siswa yang merasa cocok akan membuat suatu ‘lingkaran’ atau geng atau komunitas sendiri. Terlepas dari apakah geng yang mereka buat untuk tujuan yang baik atau yang jelek.
Proses pembentukan geng bagi mereka memiliki asal mula yang berbeda-beda, mungkin unik, sesuai dengan karakter, kepribadian dan perasaan yang ada dalam diri mereka masing-masing. Yang pasti pada masa-masa pertumbuhan fisik dan psikologis serta proses pencarian jati diri di usia-usia merupakan masa-masa yang rawan dan menentukan bagi masa depan siswa itu sendiri. Bagaimana tidak? Sekali salah memilih seorang teman atau geng berteman, maka masa depan mereka bisa rusak disebabkan oleh teman-temannya sendiri yang telah salah dalam memilih jalan hidup. Karena dalam fase ini pula, mereka bisa membuat keputusan yang sifatnya mendasar atau fundamental untuk kelanjutan masa depan mereka. Dalam istilah remaja disebut ‘gaul error’.
Namun sebaliknya, bila mereka mampu memilih dan memilah teman-teman yang berada dalam geng yang baik, maka peneliti bisa menjamin masa depan mereka akan baik. Karena teman yang baik dan berada dalam track yang benar, sesuai dengan norma social, adat, negara, lebih-lebih sesuai dengan norma agama, maka mereka telah membuat suatu keputusan tepat disaat darurat.
Fakta yang biasa disajikan oleh media massa, tentang fenomena geng siswa ini, memang mayoritas yang mengandung permasalahan (negative facts), karena memang dengan itulah, berita mereka laku serta mendapatkan penghasilan. Ada geng ‘perempuan’ Nero di suatu sekolah di Pati (Jateng) yang memperlihatkan kekerasan bahkan penyiksaan bagi cewek yang ingin menjadi anggota baru geng Nero. Ada juga geng cewek di suatu sekolah di Nusa Tenggara beberapa bulan lalu juga tertangkap kamera wartawan kemudian terekspos ke media massa akan bahaya menjadi bagian dari suatu geng pertemanan di sekolah. Di satu sisi, berita tersebut menyadarkan berbagai pihak agar lebih hati-hati menjaga pergaulan putra-putrinya. Tapi di sisi yang lain, selalu begitukah keberadaan geng pertemanan di sekolah?
Berdasarkan pengamatan awal penulis, tentang keberadaan suatu geng pertemanan di sekolah yang penulis amati, menunjukkan dua gejala yang berbeda kutubnya. Ada kutub positif, ada kutub negatif. Geng kutub positif menunjukkan gambaran pertemanan yang diciptakan berpengaruh baik pada prestasi akademik dan perubahan kepribadian mereka. Artinya jalan yang mereka pilih merupakan jalan yang sesuai dengan norma-norma yang ada. Sedangkan geng kutub negatif menunjukkan gambaran ikatan pertemanan yang mereka ciptakan berpengaruh buruk baik pada prestasi akademik maupun kepribadian mereka sehari-hari.
Bagi penulis, fenomena kedua kutub ini, harus mendapat perhatian dan perlakuan yang khusus sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena siswa juga manusia, manusia yang labil, yang perlu arahan, bimbingan serta tuntunan agar prestasi mereka selama di sekolah meningkat dan kepribadian mereka di rumah juga di sekolah bisa dibanggakan.
Adanya geng pertemanan yang tidak selalu bertendensi negatif ini, menarik perhatian penulis untuk memanfaatkannya sebagai salah satu strategi pembelajaran dengan memasukkannya dalam Model Pembelajaran gaya satu program televisi swasta di Indonesia, yaitu Bukan Empat Mata. Model pembelajaran ini mengadopsi satu acara televisi yang telah memiliki rating tertinggi di antara acara talkshow yang ada diblantika pertelevisian Indonesia yang dipandu host yang sangat populer dengan ucapan “kembali ke laptop”, yaitu Tukul ‘Reynaldi’ Arwana. Pro-kontra acara yang dikemas oleh produser TV memang kadang bertentangan dengan nilai-nilai agama, namun perlu kita sikapi bahwa yang baik kita ambil sedangkan yang jelek kita tinggalkan jauh-jauh. Barangkali prinsip dia yang bisa kita jadikan pedoman adalah biar wong deso yang penting rejeki kuto.
Karena konsep acara yang ditunjukkan dalam talkshow Bukan Empat Mata cukup menarik, maka penulis terinspirasi untuk membawa acara ini ke dalam kelas, khususnya pada pembelajaran Agama Islam. Dengan asumsi penulis, bahwa acara yang telah dikenal masyarakat luas ini, akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam mengefektifkan konsep-konsep pembelajaran yang menekankan pada konstruktifisme ilmu pengetahuan. Maksudnya siswa harus mampu mengumpulkan materi, menyusun (mengkonstruk), dan menganalisa, serta memahami materi yang telah ditentukan, tidak sekedar tahu lalu sudah. Kemudian siap ditampilkan ke depan untuk diwawancarai oleh host. Guru hanya berfungsi sebagai host (moderator) yang memfasilitasi berbagai permasalahan-permasalahan yang timbul dalam diri siswa yang berperan sebagai ‘Bintang Tamu’ dan siswa yang berperan sebagai ‘Penonton’.
Sesuai dengan paparan diatas, penulis ingin mencoba suatu model pembelajaran yang menyenangkan dan atraktif dengan mengadopsi salah satu entertainment dari pertelevisian di Negara ini. Namun, tidak sekedar mengadopsi tapi juga berusaha melakukan pendekatan kepada komunitas geng yang ada agar terbina dan terbimbing ke arah yang kutub positif. Sehingga kesuksesan bisa diraih oleh siswa itu sendiri, pihak sekolah dan keluarga. Oleh karena itu, dengan mengambil judul “Memanfaatkan Eksistensi Geng Siswa Untuk Model Pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’ Dalam Rangka Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI” (SK: SMK PGRI 4 KOTA PASURUAN), penulis berharap penelitian memberikan setetes air embun pagi yang memberikan kesegaran bagi siapa saja yang melihat, membaca dan merasakannya di tengah-tengah hiruk pikuk proses belajar mengajar di sekolah.

B. Rumusan Masalah
Penelitian ini pertama akan mengidentifikasi tentang keberadaan geng siswa di sekolah, lalu menjadikannya sebagai ‘Bintang Tamu’ dalam model pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’ dalam mata pelajaran Agama Islam di dalam kelas. Adapun rumusan masalahnya adalah seberapa besar manfaat model pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’ terhadap peningkatan efektifitas pembelajaran PAI?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empiris tentang:
1. Realitas eksistensi geng siswa di lingkungan sekolah
2. Model pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’ dalam aplikasinya untuk mata pelajaran Agama Islam
3. Besarnya peningkatan efektifitas pembelajaran dalam mata pelajaran Agama Islam

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna:
1. Bagi pihak sekolah dan guru untuk bisa mengetahui sejauh mana keberadaan geng siswa di lingkungan sekolah beserta dan aktifitas-aktifitas apa yang sebenarnya mereka lakukan dalam gengnya.
2. Bagi penulis penelitian ini sehingga dapat mengoptimalkan proses belajar mengajar untuk lebih efektif dan menyenangkan dengan memanfaatkan keberadaan geng siswa dan program talk show ‘Bukan Empat Mata’.
3. Bagi guru-guru mata pelajaran PAI dimanapun berada, kiranya berkenan mempraktekkan metode ini.

E. Hipotesa
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut, “Ada peningkatan efektifitas yang cukup signifikan pada pembelajaran PAI dengan model pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’ memanfaatkan eksistensi geng siswa.”
F. Tinjauan pustaka
1. Pengertian Geng Sekolah
Definisi tentang geng itu sendiri sangat jelas identik dengan kehidupan berkelompok. Hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian negatif. Geng bukan sekadar kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng (gank) adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi secara rapi. Dalam konsep yang lebih moderat, geng merupakan sebuah kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan seringkali menyebabkan keributan. (Triyono.2007)
Dalam bahasa psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939), kaum remaja itu lebih mengikuti kekuatan id (dorongan-dorongan agresif) ketimbang superego (hati nurani). Keberadaan ego (keakuan) mereka gagal untuk memediasi agresivitas menjadi aktivitas sosial yang dapat diterima dengan baik dalam kehidupan sosial (sublimasi).
Namun, pendekatan psikologis itu sekadar mampu mengungkap persoalan dalam lingkup individual. Itu berarti nilai-nilai etis yang berdimensi sosial cenderung untuk dihilangkan. Padahal, kehadiran geng motor lebih banyak berkaitan dengan problem sosiologis.
Beberapa waktu lalu, pemberitaan televisi di kita sempat mengangkat perilaku meresahkan masyarakat oleh kelompok orang yang disebut geng motor. Secara konotasi, geng ini memang beda dengan klub, grup, atau kelompok. Geng lebih dikonotasikan negatif. Bahkan kalau melihat artinya dalam kamus bahasa Inggris, misalnya Webster's, geng (gang) di sana punya arti banyak dan salah satunya adalah negatif: a group of persons working to unlawful or antisocial ends. (Ubaydillah. 2008)
Remaja ini, jika menggunakan definisinya Erikson, adalah anak yang sudah mulai masuk umur 12 sampai 18 tahun. Erikson menemukan bahwa karakteristik perkembangan yang paling menonjol dari anak seusia ini adalah mencari identitas (identity searching) sekaligus kebingungan dengan identitasnya (identity confusion).


2. Model Pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’
"Lawak itu ada rumusnya. Kalau orang tahu rumus lawakan itu, materi nggak akan habis. Apa yang saya lihat, dengar, itu materi," ujar pemain film Otomatis Romantis tersebut.
(http://www.rileks.com/movie/31102006126479-bukan-empat-mata-acara-baru-tukul-arwana.html)
Secara sadar maupun tidak sadar, seorang Tukul arwana telah menjalankan STRATEGY Sukses yang luar biasa, coba kita lihat beberapa strategy sukses TUKUL ARWANA antara lain:
#1.  Tepuk Tangan Gorila!
Tepuk tangan ini bisa menjadikan ciri khas TUKUL yang sangat kuat.
Siapapun akan langsung teringat dengan Tukul Arwana, ketika melihat orang
bertepuk tangan ala Orang hutan. Tukul merelakan dirinya menjadi object
cemoohan. No Problem di hina jelek, monyong, tonggos, bau, namun justru
dengan Stigma dan predikat itu Sang TUKUL jadi mudah terinstall dalam
pikiran pemirsanya. Memanfaatkan kejelekan orang lain adalah PABRIK TAWA
Inilah yang membuat rejeki TUKUL mulai mengalir. Rela menjadi “KORBAN”,
sehingga order itu terus mengalir. Begitu juga dengan OMAS untuk bentuk
bibirnya, dan Bolot untuk kebudegannya.
Itulah ajaibnya dunia. Dan ini harusnya menjadikan inspirasi untuk DAHSYAT
dengan kekurangannya, yang ternyata bisa menjadi kelebihan seseorang.
Termasuk para motivator termasyhur yang luar biasa, karena impresi
kecacatanya (Hilang Kaki dll)
#2 Cover Boy
Anda sering mendengar Mas Tukul bilang “TUKUL COVER BOY” Sekarang memang Cover boy tidak begitu populer, karena media Televisi sudah begitu
dominannya. Namun dalam perjuangan awal Mas Tukul, kira-kira ketika lagu
di Obok-obok Josua sangat populer, istilah TUKUL COVER BOY, sangat sering meluncur dari bibir sexy mas Tukul.

Ini adalah cara mas Tukul untuk membangun PD, dia bertingkah, seakan
seorang cover boy yang terkenal, ganteng dan banyak penggemar. Ini adalah
visualisasi masadepan mas Tukul, yang  ternyata saat ini menjadi
kenyataan.
#3 REYNALDI
Dengan gaya sok ganteng, Tukul memperkenalkan dirinya dengan nama Ray Ray Ray Raynaldi. Raynaldi adalah nama aktor ganteng yang masa itu cukup
populer dan memenuhi layar kaca dalam sinetron-sinetron. Siapapun akan
geli membandingkan Wajah mas Tukul dengan Raynaldi. (Maaf ya mas Tukul)
Namun dengan teknik kontras wajah ini, justru membantu selain memunculkan
kelucuan, juga membantu melekatnya sosok TUKUL di kepala pemirsa.
# 4 Kembali Ke Lap Top.
Kembali ke laptop adalah produk dari kejujuran. Tidak banyak para pembawa
acara yang berani seperti ini. Banyak yang memunculkan sosok dirinya
adalah manusia cerdas, tidak perlu bantuan pengarah acara untuk pertanyaan
pertanyaan yang harus diajukan, namun TUKUL ARWANA sangat beda. Ini adalah berkah dari kejujuran Mas Tukul, yang jujur karena memang harus bertanya seperti apa yang sudah disediakan. Bahkan dengan polos dia berteriak
“Tiaaaaaa!” jika dia kesulitan membaca ataupun sudah terlanjur pindah ke
pertanyaan berikut.
#4 Puas Puas!
Ini adalah hukum pemprograman pikiran bawah sadar manisia, ini adalah
hukum-hukum hipnotis, ini adalah cara-cara membuat Anchor/jangkar. Apa
itu? Perulangan! Tukul adalah pelawak yang paling sering mengulang sesuatu
dengan kuat. Perhatikan, Tukul berhasil membuat begitu banyak jargon
[baca:anchor] untuk pemirsanya:
Kembalikelaptop!
Puas…Puas!
TakSobekSobek!
Katro!Ndeso!
Lihatlah betapa anchor yang di create  mas TUKUL ini menghasilkan
bermiliar-milyar rupiah. Berapa iklan yang menggunakan :Kembali ke …..?
Berapa yang menggunakan : Puas Puas! Berapa yang menggunakan : Tak sobek
sobek!
HariSubagya (www.bisnispartner.com) memaparkan pujian para motivator di negeri ini bahwa ini adalah sebuah kecerdasan memarketingkan diri yang luar biasa dari Mas TUKUL RAYNALDI ARWANA. Tukul bisa menjadi HUMORTIVATOR bagi bangsa Ini! Semoga ini juga bisa memberikan inspirasi bagi kita para trainer. Bagaimana mas Tukul membuat Kembali ke laptop
Andrie Wongso dengan Success is my right. Tung Desem dengan DAHSYAT
Mario Teguh dengan SUPER.
Itulah sekilas gambaran yang terdapat dalam acara ‘Bukan Empat Mata’. Namun penulis tidak bermaksud ingin menjadi seorang Tukul atau menjadikan siswanya Tukul-tukul di sekolah. Tapi lebih kepada setting acara ‘Bukan Empat Mata’ itu sendiri. Dimana ada 3 pihak yang bisa penulis ambil untuk kepentingan penelitian, yaitu adanya seorang host atau moderator, 3-8 bintang tamu, dan sisanya adalah audience (penonton).
Secara garis besar, guru berperan sebagai host (moderator), geng-geng siswa di kelas, secara bergantian berperang sebagai bintang tamu, dan siswa-siswa yang lain berperan sebagai audience (penonton). Dimulailah acara ‘Bukan Empat Mata’ dengan pertanyaan-pertanyaan dari host dan pertanyaan partisipasi dari para peserta, yang tentu saja materi pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran yang sudah ditentukan.

3. Efektifitas Pembelajaran PAI

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik), secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional, mempunyai perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup segenap perkembangan fitrah peserta didik, aspek
spiritual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif. Mendorong semua aspek tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan Islam adalah terletak pada perwujudan ketertundukan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia. (http://ew23qncy.blog.friendster.com/2008/10/pemanfaatan-internet-dalam-pembelajaran-pai/)
Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila setelah proses pembelajaran dilakukan, maka peserta didik mengalami suatu perubahan, baik itu perubahan pola pikir maupun pola sikap, sesuai dengan materi yang telah diberikan. Keefektifan tersebut bisa ditingkatkan apabila perubahan yang ada pada diri peserta didik tersebut diaplikasikan atau diterapkan atau juga diajarkan kepada orang lain yang belum mengetahui tentang adanya materi tersebut.

G. Kerangka teori
Berangkat dari uraian singkat diatas, maka bisa digambarkan alur kerangka teori secara praktis mengenahi pengaruh model pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’ terhadap efektifitas pembelajaran PAI dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:

Efektifitas pembelajaran PAI meningkat
Model Pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’
Geng siswa produktif
Geng siswa kurang produktif

Efektifitas pembelajaran PAI


H. Metodologi yang meliputi:
1. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen karena peneliti berusaha untuk mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisi terkontrol secara ketat. (Riduwan.2005)

2. Populasi dan teknik pengambilan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK PGRI 4 Kota Pasuruan tahun ajaran 2008-2009. Sampelnya adalah siswa kelas XI dan XII jurusan Akuntansi dan Administrasi Perkantoran tahun ajaran 2008-2009. Ditentukannya populasi dan sampel penelitian ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Secara umum terbentuknya geng siswa pada saat siswa sudah saling mengenal lebih jauh masing-masing temannya selama kelas X, sehingga ketika mereka berada di kelas XI, mulai terbentuklah satu komunitas yang sesuai dengan kepribadian serta karakter yang cocol atau sesuai dengan diri mereka.
b. Siswa kelas XI dan kelas XII, keberanian mereka berbicara di depan teman-teman sekelasnya sekaligus berani mengeluarkan pendapat-pendapat yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan teman-temannya sudah mulai nampak dan harus dimunculkan.
Sampel penelitian ini diambil berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara bebas terhadap beberapa siswa selama di kelas dan di lingkungan sekolah, sehingga dengan mudah peneliti mengetahui siswa-siswa yang sudah menemukan komunitasnya atau bahkan sudah membuat geng.
Tabel 1
Jumlah sampel penelitian

Kelas Jumlah populasi Jumlah geng Jumlah sampel
XI Ak 1
XI Ak 2
XI Apk 1
XI Apk 2
XII Ak
XII Apk



3. Teknik pengumpulan data (instrument penelitian)
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap pengaruh diterapkannya model pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’ terhadap efektifitas pembelajaran PAI di kelas dengan memanfaatkan adanya geng siswa di kelas itu.
Alat pengumpul data yang digunakan, yaitu berupa angket yang disusun dan dikembangkan sendiri oleh peneliti. Alat pengumpul data yang pertama, yaitu mengenai model pembelajaran ‘Bukan Empat Mata’ yang dintegrasikan dalam pembelajaran di kelas, yang selanjutnya disebut BAGIAN A. Dan yang kedua adalah tentang peningkatan efektifitas pembelajaran PAI di kelas, yang kemudian disebut BAGIAN B.
Untuk mendapatkan alat pengumpul data yang benar-benar valid atau dapat diandalkan dalam mengungkap data penelitian, maka kedua alat tersebut disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi angket yang ada didalamnya menguraikan masing-masing variable menjadi beberapa sub variable dan indicator. Adapun kisi-kisi dari kedua alat tersebut dapat dilihat pada lampiran.
b. Berdasarkan kisi-kisi tersebut, langkah selanjutnya adalah menyusun pernyataan atau butir-butir item. Bentuk pertanyaan untuk mengungkap BAGIAN A adalah pernyataan positif sebanyak 60 butir item dan untuk mengungkap BAGIAN B dalam bentuk pernyataan positif dan negatif sebanyak 60 butir item.
c. Setelah butir-butir pernyataan dibuat, kemudian dilakukan konsultasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Setelah konsultasi, jumlah pernyataan bisa berkurang, sesuai dengan kebutuhan penelitian.
d. Butir-butir pernyataan yang telah disepakati, BAGIAN A dan B, kemudian diujicobakan kepada 10 siswa untuk mengetahui keberadaan alat ukur secara empiric, yaitu untuk mengetahui reliabilitas dan validitas isi dari alat ukur tersebut.
e. Menguji validitas untuk BAGIAN A dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, yaitu:

4. Teknik pengolahan data
a. Pengujian validitas instrument
b. Pengujian reliabilitas instrument
c. Pengujian persyaratan analisis

5. Teknik analisis data

DAFTAR PUSTAKA
Riduwan.2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Cetakan kedua. Bandung. CV. Alfabeta.
Triyono. 2007. http://www.suaramerdeka.com/harian/0711/22/opi03.htm
Ubaydillah. 2008. http://www.e-psikologi.com/epsi/anak_detail.asp?id=503
http://ew23qncy.blog.friendster.com/2008/10/pemanfaatan-internet-dalam-pembelajaran-pai/
HariSubagya. 2007. www.bisnispartner.com
http://www.koranpendidikan.com/artikel/1192/fenomena-kekerasan-geng-sekolah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Pasuruan, Jatim, Indonesia
seorang guru 'goblok' yang mendapat amanah mengajar matpel bahasa inggris MTs Negeri Rejoso sejak tahun ajaran 2004-2005.